Kamis, 20 Agustus 2015

Dampak inflasi terhadap tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia




KATA PENGANTAR




          Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Adapun judul yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu “Dampak inflasi terhadap tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia".

          Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu dosen  dan pihak  yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang perkembangan kebijakan-kebijakan ekonomi makro di negara kita dan masalah ekonomi yang sering terjadi. Untuk kesempurnaan dari makalah ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua, terima kasih.





Batam, 25 April 2015

                                                                                                               Penulis















BAB I


PENDAHULUAN




A.           LATAR BELAKANG

          Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional  sudah terlanjur di yakini serta diterapan secara luas,maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan  ekonomi memiliki defenisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonom tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengelola kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi rill melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan,penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.  

          Sebagai agen perubahan atau yang sering kita sebut sebagai agent of change, mahasiswa dan mahasiswi jaman sekarang cenderung tidak memperhatikan tentang keadaan ekonomi di Indonesia, yang mereka tau hanya sebatas membeli barang tanpa tau asal-usul darimana dan pertimbangan apa saja yang menentukan harga barang tersebut. Sebagai "maha" siswa seharusnya mereka memperhatikan hal-hal atau faktor-faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi harga-harga barang yang beredar dipasar karena itu akan berdampak pada faktor-faktor ekonomi lainnya, bahkan berpengaruh terhadap keadaan perekonomian di Indonesia.

Di makalah ini kita akan membahas  tentang "dampak inflasi terhadap tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia". Pertanyaan yang timbul dalam pembahasan kali ini adalah bagaimana bisa inflasi dapat mempengaruhi tingkat investasi di Indonesia, dan apa hubungannya dengan tingkat konsumsi masyarakat yang ada di Indonesia.

          Mungkin hanya sedikit dari kita yang berikir tentang pengaruh inflasi terhadap investasi yg masuk ke Indonesia maupun terhadap tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia, tapi percaya tidak percaya, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan inflasi. Di negara maju pun inflasi masih menjadi ancaman terbesar bagi perekonomian negara tersebut.



B.            PERUMUSAN MASALAH

          Adapun yang menjadi masalah makaklah ini adalah:

1.      Apakah inflasi, investasi, dan tingkat konsumsi masyarakat itu ?

2.      Apa saja yang dapat menyebabkan inflasi ?

3.      Bagaimana cara pemerintah menanggulangin inflasi ?

4.      Apa pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia ?

5.      Apa saja yang menjadi syarat-syarat pembangunan ekonomi ?

6.      Dari mana saja sumber pembiayaan pembangunan ekonomi ?



C.            TUJUAN PEMBAHASAN

1.      Untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat investasi di Indonesia

2.      Untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat konsumsi masyarakat Indonesia.

3.      Untuk mengetahui syarat-syarat pembangunan ekonomi.

4.      Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan pembangunan.











BAB II


PEMBAHASAN




A.           KAJAIAN TEORI

1.        Teori Kuantitas

          Teori ini menganalisis peranan dari jumlah uang beredar, ekspektasi masyarakat mengenai kemungkinan kenaikan harga (peranan psikologis).

Jumlah uang beredar. Menurut teori ini, pertambaham volume uang yang beredar sangat dominan terhadap kemungkinan timbulnya inflasi. Kenaikan harga yang terus menerus dan  tidak dibarengi dengan pertambahan jumlah uang beredar sifatnya hanya sementara. Dengan demikian menurut teori ini, apabila jmlah uang tidak ditambah, kenaikan harga akan berhenti dengan sendirinya.

Ekspektasi. Berdasarkan teori ini, walaupun jumlah uang bertambah tetapi masyarakat belum menduga adanya kenaikan, maka pertambahan uang beredar hanya akan menambah simpanan atau uang kas karena belum dibelanjakan. Dengan demikian harga barang-barang tidak naik. Jika masyarakat menduga bahwa besok dalam waktu dekat harga barang akan naik, masyarakat cenderung membelanjakan uangnya karena khawatir akan penurunan nilai uang, sehingga akan memicu inflasi.



2.        Teori Inflasi Keyness

          Menurut Keynes, inflasi pada dasarnya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat (demand) terhadap barang-barang dagangan (stock), dimana  permintaan lebih banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, sehingga terdapat gap yang disebut inflationaty gap.



3.        Teori Struktural

          Teori ini berlandaskan kepada struktur perekonomian dari suatu negara (umumnya negara berkembang). Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh :

Ketidak-elastisan penerimaan eksport. Peningkatan hasil eksport tidak secepat atau sepesat sektor lainnya. Peningkatan hasil eksport yang lambat antara lain disebabkan karena harga barang yang dieksport kurang menguntungkan dibandingkan dengan kebutuhan barang-barang import yang harus dibayar. Dengan kata lain daya tukar barang-barang negera tersebut semakin memburuk.

Ketidak-elastisan Supply produksi bahan makanan. Terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan produksi bahan makanan dengan jumlah penduduk, sehingga mengakibatkan kelonjakan kenaikan harga bahan makanan. Hal ini dapat menimbulkan tuntutan kenaikan upah dari kalangan buruh / pegawai tetap  akibat kenaikan biaya hidup. Kenaikan upah selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi dan mendorong terjadinya inflasi.



B.            STUDU KASUS

Inflasi Juli 2013 Terparah Sejak Indonesia Dilanda Krisis Moneter




Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan laju inflasi Juli 2013 yang mencapai 3,29% merupakan angka tertinggi sejak periode yang sama tahun 1999.
"Realisasi laju inflasi 3,29% pada Juli ini adalah yang tertinggi sejak 1999 month on month (MoM) setelah krisis moneter," ujar Kepala BPS, Suryamin dalam keterangan pers di kantornya, Jakarta, Kamis (1/8/2013).Sementara itu, laju inflasi pada Juli 2013 secara year on year (YoY) sebesar 8,61% tercatat merpakan yang tertinggi sejak 2009.Suryamin menjelaskan, laju inflasi bulan lalu dikontribusi oleh bahan bakar minyak (BBM) dan tarif angkutan umum. Sumbangan dari komodiats BBM tanya hanya berasal dari BBM subsidi melainkan juga BBM non subsidi, termasuk jenis pertamax dan pertamax plus. "BBM menyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,77% dan perubahan harga terhadap Juni 25,27%. Kenaikan harga terjadi di seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK) antara 23% sampai 27,45%," ujarnya.
Data BPS menunjukan kenaikan harga BBM berdampak terhadap tarif angkutan dalam kota yang mengalami kenaikan di 66 kota IHK seluruh Indonesia.
Andil tarif angkutan terhadap inflasi tercatat sebesar 0,54% dengan perubahan harga 21,05%. Kupang dan Serang tercatat sebagai IHK dengan kenaikan tarif paling tajam hingga masing-masing 42% serta Sorong sebesar 37%."Tarif angkutan udara juga ikut mengerek inflasi dengan andil 0,08% dan perubahan harga 10,23%. Disebabkan karena permintaan jasa angkutan udara yang meningkat karena liburan sekolah. Dari 29 kota IHK yang mengalami kenaikan, Sorong dan Semarang menyumbang inflasi terbesar masing-masing 28% dan 24%," ujar dia.Disusul, tarif angkutan antar kota yang berkontribusi terhadap laju inflasi Juni ini sebesar 0,07%. Perubahan harga di 63 kota IHK mencapai 12,15% dengan kenaikan inflasi tertinggi di Ambon 33%, manokwari 23%. Sedangkan 3 kota IHK lain, Tarakan, Batam dan Ternate tidak mempunyai angkutan umum."Pengaruh langsung kenaikan harga BBM sudah berakhir di Juli ini. Tapi kalau untuk dampak yang tidak langsung perlu waktu 1-2 bulan, dan setelah itu akan kembali normal," pungkas dia.(Fik/Shd)





C.            PEMABAHASAN

1.        Penyebab Inflasi

          Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiscal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

       Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.



2.        Dampak Inflasi

          Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

          Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.



Beberapa dampak inflasi terhadap 3 aspek :

a.         Dampak Inflasi terhadap Pendapatan

       Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi infasi lunak), inflasi dapat mendorong parkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap Inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut! Sebelum infiasi, orang yang menerima penghasilan Rp 100.000 dapat membeli 100 kg beras seharga Rp 1000,00 per kg. Karna inflasi, maka harga beras yang semula naik, menjadi Rp 1.250,00 per kg. Oleh karena nilai beli uang Rp 100.000,00 jika ditukarkan dengan beras kini hanya menjadi 80 kg. Dari ilustrasi

tersebut, diketahui ada penurunan nilai tukar sebesar 20 kg (100 kg — 80 kg). Sebaliknya, orang yang berutang akan beruntung. Anggaplah seorang petani mempunyai utang Rp100.000,00. Sebelum Inflasi, petani itu harus menjual beras 100 kg untuk membayar utangnya. Tetapi setelah inflasi harga beras menjadi Rp 1.250,00 per kg, sehingga petani tersebut cukup menjual 80 kg untuk membayar utangnnya sebesar Rp 100.000,00.



b.         Dampak Inflasi terhadap Ekspor

       Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.



c.         Dampak Inflasi terhadap Minat Orang untuk Menabung

       Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito dalam satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat Inflasi sepanjang Januari 2006 - Januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk membung akan berkurang.



3.        Cara Menekan Laju Inflasi

a.         Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:

1.      Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.

2.      Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju.

3.      inflasi dapat lebih rendah

Peningkatan cash ratio: Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

b.         Kebijakan Fiskal

          Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:

1.      Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.

2.      Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.

c.         Kebijakan Non Moneter

          Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:

1.      Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.

2.      Menekan tingkat upah.

3.      Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.

4.      Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.

5.      Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.

6.      Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.

7.      Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.

d.        Kebijakan Sektor Riil

          Kebijakan sektor riil dapat dilakukan melalui instrument berikut:

1.      Pemerintah menstimulus bank untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada UMKM (Usaha   Mikro Kecil Menengah). Contohnya bank BRI mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.

2.      Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan pajak.

3.      Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.



4.        Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Tingkat Investasi Dan Tingkat Konsumsi Masyarakat Indonesia

          Di Indonesia inflasi sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti investasi dan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi berarti tingkat harga saham beberapa perusahaan cenderung turun. Karena itulah, angka inflasi yang berlebihan akan menjadi sentiment negatif bagi para investor saham. Selain itu , jika inflasi terlalu tinggi , tingkat konsumsi masyarakat akan berkurang , karena harga-harga barang akan melambung tinggi namun upah atau gaji yang mereka terima dari hasil pekerjaan mereka cenderung tidak berubah.

Hal itu akan bedampak pada proses produksi perusahaan dimana para pekerja akan melakukan mogok kerja untuk menuntut kenaikan gaji. Jika sampai hal itu terjadi, para investor akan mengurungkan niatnya untuk menginvestasikan uangnya di Indonesia, dan itu akan berdampak langsung pada semakin menurunnya modal perusahaan dan kemudian akan terjadi PHK besar-besaran di Indonesia. Hal tersebut sudah pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dimana Indonesia mengalami krisis yang disebabkan oleh inflasi yang tinggi yang mencapai angka 46,90%. Ditahun itupula para investor tidak berani menginvestasikan uangnya di Indonesia dan konsumsi masyarakat Indonesia berkurang karena tidak adanya kemampuan masyarakat untuk membeli barang dikarenakan harga harga yang melambung tinggi.

          Tapi ditahun 2012 Indonesia mampu menjaga kestabilan tingkat inflasi dan menempatkan Indonesia di tempat kedua dalam perkembangan ekonomi setelah China. Akibatnya para insvestorpun berdatanganan ke Indonesia dan tidak ragu untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal tersebut juga berimbas pada masyarakat Indonesia yang semakin sejahtera dan kemiskinan di Indonesiapun berkurang karena perekonomian yang berkembang dengan stabil. Dengan tingkat inflasi yang stabil, dan tingkat investasi yang juga stabil maka tingkat konsumsi masyarakat di Indonesiapun meningkat. Itu dikarenakan daya beli masyarakat yang meningkat setara kesejahteraan masyarakat yang meningkat pula.

          Dengan adanya hal tersebut, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa inflasi benar-benar dapat mempengaruhi tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia bahkan inflasi yang terlalu tinggi dapat membuat negara tersebut berada di ujung tanduk atau dengan kata lain negara tersebut akan terancam menjadi negara gagal.



LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen)

Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan






Bulan Tahun
Tingkat Inflasi
Desember 2012
4.30 %
November 2012
4.32 %
Oktober 2012
4.61 %
September 2012
4.31 %
Agustus 2012
4.58 %
Juli 2012
4.56 %
Juni 2012
4.53 %
Mei 2012
4.45 %
April 2012
4.50 %
Maret 2012
3.97 %
Februari 2012
3.56 %
Januari 2012
3.65 %




















BAB III


PENUTUP




A.           KESIMPULAN

          Inflasi sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan ekonomi , seperti investasi dan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi berarti tingkat harga saham beberapa perusahaan cenderung turun. Karena itulah, angka inflasi yang berlebihan akan menjadi sentiment negatif bagi para investor saham. Selain itu , jika inflasi terlalu tinggi , tingkat konsumsi masyarakat akan berkurang , karena harga-harga barang akan melambung tinggi namun upah atau gaji yang mereka terima dari hasil pekerjaan mereka cenderung tidak berubah.



B.            SARAN

          Sebaiknya pemerintah tetap memantau dan mengawasi faktor faktor yang dapat menyebabkan inflasi yang tinggi dan sebaiknya pemerintah menjaga tingkat inflasi yang stabil seperti pada tahun 2013, agar investor tetap mau menanamkan modalnya di Indonesia dan perkembangan ekonomi di Indonesia dapat terus berkembang , masyarakat Indonesia dapat memenuhi konsumsi barang atau jasa yang mereka perlukan, karena harga-harga barang atau jasa stabil dan tidak mengalami peningkatan. Dengan begitu kesejahteraan masyarakat Indonesia akan tercapai dan kemiskinan di Indonesia dapat berkurang.



















DAFTAR PUSTAKA




Wilson, Peter, Dkk. 2014. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi ke-2. Jakarta: .

          Selemba Empat

http://diaharea.blogspot.com/2012/05/inflasi-terhadap-pertumbuhan-ekonomi.html

          id.wikipedia.org/wiki/Inflasis

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/10/pengertian-dan-definisi-inflasi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi_dan_perekonomian_Indonesia

http://daneea.wordpress.com/2010/04/24/cara-mengatasi-terjadinya-inflasi.html

http://www.forumbebas.com/thread-78524.html

http://thytia.wordpress.com/2011/04/05/masalah-inflasi-indonesia-terhadap-kenaikan-harga  bbm//perusahaan-manufaktur-studi-analisis-cv-firmansyah-meubel

http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_1105.html

http://fitrianiarief.wordpress.com/2013/01/19/analisis-pengaruh-inflasi-terhadap-indeks-harga-saham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARDI