KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur
kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Manajeman Strategis dan
Pengambilan Keputusan.
Makalah ini
dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama kepada
bapak Hazrianto
Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Batam,
16 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................ 1
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 3
1. Latar
Belakang....................................................................................................................... 3
2. Rumusan
Masalah................................................................................................................ 4
3. Tujuan
Penulisan.................................................................................................................. 4
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................... 5
1. Manajemen
strategi............................................................................................................. 5
2.
Pengambilan
keputusan..................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................…. 19
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1.1 Manajemen strategis adalah
seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian
keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan
mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan
organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran
tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan
merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan
aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai
tujuan organisasi.
Manajemen strategis berbicara tentang gambaran
besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi,
sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara
paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis. Manajemen strategis di saat ini
harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana
strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali
dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan
karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi
baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Pertimbangan global praktis berdampak pada
keputusan strategis, batas-batas negara diabaikan. Untuk mengetahui dan
menghargai dunia dari perspektif orang lain telah menjadi masalah hidup atau
mati untuk bisnis. Dengan demikian perlu adanya kegiatan dalam pengambilan
keputusan yang disesuaikan antara kemampuan yang dimiliki dengan lingkungan
yang ada di sekitar sehingga perlunya adanya manajemen strategi.
1.2
Pengambilan
Keputusan,dalam
kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah
kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan
terbaik yang diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti
tersebut, terkandung unsur situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas
pencapaian keputusan. Lantas pertanyaannya, apakah setelah evaluasi alternatif
serta merta begitu saja hadir keputusan? Iya, secara rasional kesimpulan
tersirat dalam premis-premis sehingga hanya kepentingan perumusan saja.
Walaupun berbagai literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan
tersurat kata keputusan di dalam modelnya.
1. Kajian tentang keputusan juga banyak berbasis
metode. Basis kajian tersebut, dipandang lebih menarik daripada domain
pengambilan keputusan itu sendiri. Berdasarkan kajian metode, keputusan
terpecah menjadi empat, yaitu, metode keputusan rasional, metode keputusan
tawar menawar, metode keputusan agregatif, dan metode keputusan keranjang
sampah. Sehubungan dengan pendekatan metode berbagai aliran pun dapat sesuai
untuk mengkaji keputusan. Aliran-aliran yang dimaksudkan adalah birokratik,
manajemen saintifik, hubungan kemanusiaan, rasionalitas ekonomi, kepuasan dan
analisis sistem.
2. Dengan demikian pengetahuan alternatif model,
metode, aliran digunakan untuk penentuan pegangan sendiri. Seperti berkenaan
dengan ini saya sendiri lebih menyukai cukup tiga aktifitas saja untuk sampai
pada keputusan,yaitu: kehadiran tujuan, aktifitas pencarian informasi atau
alternatif, dan aktifitas evaluasi alternatif. Banyak sedikitnya informasi yang
dilakukan mempengaruhi kecepatan dan kerumitan pengambilan keputusan. Untuk
membeli sebuah ballpoint tidak sama kecepatan dan kerumitan pengambilan
keputusannya dengan membeli pesawat terbang pribadi
Untuk
memahami lebih jauh lagi mengenai pengambilan keputusanm itu,bagaiamana
model-model pengambilan keputusan,kriteria pengambilan keputusan maka akan
dijelaskan lebih jauh dalam makalah ini.
2. RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi.
Beberapa masalah tersebut antaralain :
1. Apa pengertian manajeman strategi dan
pengambil keputusan
2. Bagaimana proses manajeman strategi
dan pengambil keputusan
3. Bagaimana cara untuk mengetahui tingkatan
strategi
3. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan
makalah ini sebagai berikut;
1. Untuk
mengetahui apa itu manajeman strategis dan pengambilan keputusan
2. Untuk
mengetahui proses manajeman strategis dan pengambilan keputusan
3. Untuk
mengetahui peran sekelompok masyarakat untuk pengambilan keputusan
BAB
II
PEMBAHASAN
1. MANAJEMEN STRATEGI
A.
PERENCANAAN STRATEGIS
a.
Pengertian perencanaan strategis • perencanaan
strategis ( strategic planning ) adalah sebuah alat manajemen yang digunakan
untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa
depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan
organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun
ke depan ( kerzner , 2001 )
b.
Untuk mencapai sebuah strategy yang telah
ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka
para pimpinan perusahaan, manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem
yang ada pada proses perencanaan strategis / strategic planning ( brown , 2005
).
Ø Langkah-langkah
proses perencanaan strategis
a.
Meninjau dan memperbaharui rencana strategis •
peninjauan dan pembaharuan rencana strategis tahun terakhir digunakanuntuk
menentukan apakah rencana strategis masih cocok dengan lingkunganyang bersifat
dinamis ataukah perlu diganti dengan yang baru. Jika perlu diganti dengan
rencana strategis yang baru maka implikasinya terhadap pendapatan, biaya, laba
dan investasi serta aliran kas perlu diperhatikan.
b.
Memutuskan asumsi dan pedomankegiatan ini
berupa pertemuan antara para manajer korporasi dan unit bisnis untuk
mendiskusikan usulan tujuan, asumsi dan pedoman kebijakanyang akan digunakan
untuk menyusun program baru.
c.
Interasi pertama dari rencana strategis • didasarkan
pada asumsi, tujuan dan pedoman kebijakan yang telahditentukan pada tahap
sebelumnya. Anggota dari staf kantor pusat sering mengunjungi unit bisnis
selama proses ini dengan tujuan untuk mengklarifikasi program dan membantu
dalam proses perencanaan. Interasi ini menghasilkan usulan rencana strategis
baru yang lengkap.
d.
Analisis terhadap hasil usulan tahap sebelumnya
dilakukan untuk mendeteksi slak dan ketidak konsistenan rencana strategis antar
unit bisnis.
e.
Iterasi kedua dari rencana strategis staf perencana
korporasi merevisi usulan rencana strategis dari unit-unit bisnis dan asumsi,
tujuan, pedoman kebijakan yang tidak cocok denganlingkungan sehingga dapat
disusun yang baru.
f.
Tinjauan dan persetujuan akhir • pada akhirnya,
usulan-usulan perencanaan strategis yang telah direvisimelalui iterasi perlu
ditinjau melalui rapat para pejabat senior korporasi beserta dewan komisaris.
Setelah itu, dilakukan pengesahan final manajemen puncak korporasi. Pengesahan
final seharusnya dilakukan seebelum awal proses penyusunan anggaran dimulai
karena rencana strategis mendasari penyusunan anggaran.
B. LEVEL STRATEGI
level strategi dalam manajemen strategi,
terdapat tingkatan- tingkatan, yaitu tingkat korporat, tingkat bisnis dan
tingkat fungsional. Tingkatan tersebut berkaitan dengan skala atau ruang
lingkup suatu organisasi atau perusahaan.
Strategi level korporat merupkan strategi yang
dirumuskan oleh level korporat yang biasanya disebut “kantor pusat”. Stretegi
level bisnis dirumuskan dan diaplikasikan oleh unit bisnisatau usaha yang ada.
Strategi level fungsional yang cakupanna seperti pemasaran, sdm, keuangan,
operasi dan lainnya. Strategi korporat disebut juga pemilihan perencanaan arah
tujuan secara keseluruhan. Beberapa aspek penting dalam strategi korporat:
1.
Orientasi perusahaan secara menyeluruh. Kearah pertumbuhan (growth),
stabilitas, dann penciutan/ penghematan, yang kemudian disebut directional
strategy
2.
Industri atau pasar mana yang mana sesuai dimasuki untuk bersaing (srategi
portofolio)
3. Perilaku manajemen perusahaan dalam
mengkoordinasi aktivitas, transfer sumber daya, dan mendayagunakan pada lini
produk atau unit bisnis (parenting strategy)
C. ANALISIS SWOT
Secara umum, analisis swot pada tiap media
massa dapat dilakukan, seperti yang diterangkan dibawah ini:
a.
Strengths ( kekuatan / kelebihan)
-
tersedianya dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
- tersedianya
undang-undang pers.
- tersedianya
fasilitas sarana dan prasarana media massa.
- adanya
promosi yang dapat dilakukan.
b.
Weaknesses (kelemahan/kekurangan)
- pelayanan
terhadap masyarakat.
- mutu/
kualitas sebagian sumber daya manusia (sdm).
- belum
optimalnya fungsi pers.
- kurangnya
kepedulian pihak swasta terhadap pers.
c.
Opportunities (peluang /kesempatan)
- adanya
partisipasi dan dukungan masyarakat.
- adanya
dukungan pemerintah.
- adanya
dunia usaha/industri yang bersedia bekerjasama.
- kebutuhan
masyarakat terhadap informasi.
d.
Threats ( ancaman)
- perilaku
dan budaya masyarakat yang kurang mendukung kerja media.
- masih adanya krisis ekonomi yang
melemahkan kemampuan masyarakat secara finanasial.
- belum
mempunyai dukungan dari pemerintahan yang otoriter
- image sebagian masyarakat bahwa
media tidak menjanjikan masa depan yang lebih baik.
D.
GRAND
STRATEGIES
Strategi
berasal dari bahasa yunani, strategia,
yang diartikan sebagai the art
of general atau seni yang
digunakan oleh pimpinan dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi
adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan. Sedangkan grand strategy ( strategi raya) adalah strategi
yang mencakup strategi militer dan strategi non-militer sebagai usaha dalam
pencapaian tujuan perang. Strategi raya adalah proses dimana tujuan dasar
bangsa diwujudkan dalam dunia yang saling bertentangan nilai-ilai dan tujuan.
Strategi raya terdiri dari tujuan kerja dari semua instrumen kekuasaan tersedia
bagi komunitas keamanan. Agar perencanaan pelaksanaan politik dan strategi
dapat dilakukan dengan baik, maka harus dirumuskan dan dilakukan pemikiran
strategi yang akan digunakan. Strategi raya dilaksanakan melalui bidang ilmu
politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, baik lintas sector maupun
lintas disiplin. Memperhatikan dimensi ruang dan waktu, pendekatan ruang
dilakukan dengan pertimbangan strategi akan berhasil bila didukung oleh
lingkungan sosial budaya dimana strategi dan manajemen tersebut
dioperasionalkan, sedangkan pendekatan waktu sangat fluktuatif terhadap
perubahan dan ketidakpastian kondisi yang berkembang sehingga strategi dapat
bersifat temporer dan kontemporer.
Proses
penyusunan strategi modern terdiri dari setidaknya lima elemen fundamental yang
saling berhubungan, yakni:
1.
Menentukan
tujuan dari keamanan nasional
Penentuan tujuan tersebut dangat berpengaruh dalam proses membangun
strategi. Jika tujuan tidak dapat didefinisikan, berubah-ubah atau tidak
didukung oleh sebagian consensus nasional maka fungsi strategi menjadi terlalu
sulit.
2.
Memformulasikan
grand strategy
Setelah mengidentifikasi dan memperkirakan tujuan nasioal, parra
penyusun strategi harus menentukan instrumen kekuatan nasional mana dan
bagaimana mereka dipakai yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Grand
strategy adalah ilmu dan seni untuk mengkoordinasikan pengembangan dan
penggunaan dari instrumen kekuatan negara (baik ekonomi, militer maupun untuk
politik) dalam mencapai tujuan keamanan nasional dari negara yang bersangkutan.
Ilmuwan politik menyebut grand strategy sebagai sebuah kebijakan.
3.
Mengembangkan
strategi
Setelah memilih instrumen kekuatan nasional yang sesuai dan
menetapkan misi dan peran masing-masing, penyusun strategi harus memfokuskan
diri pada spesialisasi strategi pada masing-masing instrumen tersebut. Salah
satu contohnya adalah strategi militer, bagaimana mengkoordinasikan,
mengembangkan dan membagi tugas pasukan militer untuk mencapai tujuan keamanan
nasional.
4.
Mendesain
strategi operasional
Ketika menggunakan strategi militer sebagai salah satu instrument
dalam mencapai tujuan keamanan nasional, maka diperlukan pengembangan sruktur
kekuatan militer. Dalam hal ini, operasionalisasi strategi dengan pembagian
misi dan peran masing-masing. Strategi operasional dapat diartikan sebagai ilmu
dan seni dalam menyusun, mengatur peran dan perintah dalam sebuah operasi untuk
mencapai tujuan keamanan nasional. Gagasan terhadap pengerahan militer adalah
kunci dalam memahami strategi operasional.
5.
Memformulasikan
strategi pertempuran atau disebut taktik
Setelah menentukan sasaran nasional yang jelas dan dapat diraih,
menyusun grand strategi yang terkoordinasi dengan baik, mendesain
operasionalisasi strategi, maka langkah terakhir adalah memformulasikan dan
melaksanakan strategi pertempuran atau biasa disebut taktik. Bagaimana
menggunakan kekuatan di dalam medan peperangan untuk mencapai tujuan keamanan
nasional.
Dalam
pengertian yang umum, instrumen negara dapat dibedakan dalam tiga
klasifikasi,yaitu militer, ekonomi dan diplomatik. Instrumen milliter berkenaan
dengan kekuatan angkatan perang negara yang dikerahkan untuk mencapai tujuan
nasional. Instrumen ekonomi terkait dengan penggunaan sumber daya material
negara untuk mencapai tujuan akhir. Sedangkan diplomatik berkenaan dengan cara
posisi politik internasional dan kemampuan diplomatik dalam menunjang
pencapaian tujuan. Setiap instrumen dipakai untuk tujuan yang sama, untuk
menghasilkan keluaran yang mendukung kepentingan nasional.
E. TEORI PORTOFOLIO
Teori portofolio (portfolio
theory) menyatakan bahwarisiko dan pengembalian keduanya harus dipertimbangkan
dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam
pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan
asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan
kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan
asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko
dan pengembalian.
Menurut husnan (2003:45),
portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas
(pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang
ditanggung. Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi
risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya.Dalam kenyataannya
kita akan sulit membentuk portofolio yang terdiri dari semua kesempatan
investasi, karena itu biasanya dipergunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri
dari sejumlah besar saham atau indeks pasar. Contohnya di bursa efek jakarta
yang menggunakan indeks harga saham gabungan (ihsg) atau indeks lq45.
Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap evaluasi, pemodal
melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek
tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Menurut husnan
(2003:45), tidaklah benar jika portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih
tinggi mesti lebih baik dari portofolio lainnya.
Menurut john
(2005:53), kerja besar dikerahkan untuk pembentukan portofolio. Teori
portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya
harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur
keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio
dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat
diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi
pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan
linear antara risiko dan pengembalian. Teori portofolio mengasumsikan bahwa
investor yang rasional menolak untuk meningkatkan risiko tanpa disertai
peningkatan pengembalian yang diharapkan. Hubungan antara risiko yang diterima
dan pengembalian yang diharapkan merupakan dasar bagi keputusan pinjaman dan
investasi modern. Makin besar risiko atas investasi atau pinjaman, makin besar
tingkat pengembalian yang diinginkan untuk menutup risiko tersebut.
F. PORTER FIVE
FORCES ANALYSIS CORPORATE
Analisis
lima kekuatan porter perusahaan adalah suatu kerangka kerja untuk analisis
industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh michael porter
dari sekolah bisnis universitas putera batam
pada tahun 2004. Menurutnya ada lima kekuatan yang menentukan intensitas
persaingan dalam suatu industri, yaitu :
1.
Ancaman produk pengganti,
2.
Ancaman pesaing,
3.
Ancaman pendatang baru,
4.
Daya tawar pemasok,
5.
Daya tawar konsumen. Analisis ini biasanya
dilakukan dengan kombinasi dengan analisis
v Analysis Five Force
a.
Persaingan antar
perusahaan sejenis
Menurut david (2009, ) strategi yang
dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil hanya sejauh ia menghasilkan
keunggulan kompetitif atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.
Intensitas persaingan antar perusahaan saingan cenderung meningkat ketika
jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan
kapabilitas, dan ketika permintaan akan produk industry itu menurun. Persaingan
juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merk dengan mudah, ketika
hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, dimana biaya tetap tinggi, serta
ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan budaya.
b.
Ancaman pendatang
baru
Menurut pearce dan robinson (2008, p125)
pendatang baru akan membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pangsa
pasar, dan sering kali sumber daya yang substansial. Jika hambatan terhadap
masuknya pendatang baru cukup tinggi dan pendatang baru mengharapkan adanya
tindakan balasan yang tajam dari pesain yang ada, maka pendatang baru tersebut
mungkin tidak akan membawa ancaman serius ketika masuk.
Terdapat enam sumber utama terhadap masuknya
pendatang baru:
1.
Skala ekonomi
2.
Diferensiasi produk/jasa
3.
Persyaratan modal
4.
Kerugian biaya yang tidak dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan
5.
Akses terhadap saluran distribusi
6. Kebijakan
pemerintah
c.
Ancaman produk
substitusi
Menurut pearce dan orbinson (2008, p132)
produk-produk substitusi yang perlu diperhatikan secara strategis adalah
produk-produk substitusi yang memiliki tren membaiknya kinerja harga
dibandingkan dengan produk industry tersebut, diproduksi oleh industru yang
memperoleh laba tinggi. Jika industry tidak dapat meningkatkan kualitas produk
atau melakukan diferensiasi, maka industru itu akan mengalami kemunduran dalam
laba dan mungkin juga dalam pertumbuhannya.
d.
Kekuatan
tawar-menawar pembeli
Menurut david (2009, p151) ketika pembeli
berkonsentasi atau berbelanja, daya tawar mereka dapat merepresentasikan
kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya
tawar pembeli lebih tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak
terdifferensiasi.
Indomaret sudah
menguasai kekuatan tawar-menawar pembeli karena harga produk atau jasa seperti
pulsa handphone sudah sangat berada dalam garis standar pasar walaupun sedikit lebih
mahal tapi mereka menawarkan tempat yang sejuk dan aman untuk berbelanja,
selain itu harga nett yang menjadi kekuatan mereka, customer hanya mempunyai
pilihan beli atau tidak, tawar-menawar barang sudah tidak ada seperti pasar
tradisional.
e.
Kekuatan tawar-menawar pemasok
Menurut david
(2009, p150) daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu
industry khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya
terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan
ke bahan mentah lain sangat tinggi.
G.
STRATEGI ADAPTIF
Konsep
strategi adaptif adaptive strategies dikembangkan oleh miles dan snow. Strategi
adaptif dikembangkan berbasis situasi yang dihadapi oleh perusahaan dalam suatu
persaingan bisnis. Dalam model strategi adaptif terdapat empat jenis strategi,
yaitu:
1.
Prospector
strategy atau strategi
prospektor, yaitu meliputi berani mengambil resiko, mencari peluang, melakukan
inovasi dan pertumbuhan. Strategi ini cocok untuk kondisi lingkungan bisnis
yang dinamis.
2.
Defender
strategy atau strategi bertahan,
yaitu menghindari perubahan, mengutamakan stabilitas, dan mempertimbangkan
pengurangan ukuran bisnis. Strategi ini cocok untuk lingkungan bisnis yang
stabil dan industri yang sedang mengalami penurunan.
3.
Reactor
strategy atau strategi reaktor,
yaitu merespon lingkungan tanpa memiliki rancangan strategi yang bersifat
jangka panjang. Perusahaan hanya bersifat reaktif dan berorientasi jangka
pendek.
4.
Analyzer
strategy atau strategi
penganalisa, yaitu mempertahankan stablitas sambil melakukan inovasi yang
bersifat terbatas. Strategi ini terletak diantara strategi prospektor dan
strategi reaktor. Strategi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bukan
menjadi pemimpin pasar (leader), tetapi follower. Dalam strategi ini,
perusahaan akan mengikuti leader, namun juga melakukan inovasi yang tidak
intensif sambil menunggu perkembangan industri.
2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A.
Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan
tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision
making) diproses oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya
keputusan (decision).
Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :
1.
R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan
alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2.
Harold Koontz
dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara
alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari
perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3.
Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu
pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai
suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling
efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
4.
Drs. H. Malayu
S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang
terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa
yang akan datang.
5.
Chester I.
Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku
perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat
dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari pada
kepentingan perorangan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum
pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih
alternatif solusi yang ada.
B.
Teori
Pengambilan Keputusan
1.
Teori Rasional
Komprehensif
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula
yang banyak diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif.
Unsur-unsur utama dari teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai
masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.
Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat
keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kePentingannya
Berbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti
secara saksama.
Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap
altenatif Yang diPilih diteliti.
Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya,
dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.
Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’
yang dapat memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah
digariskan.
Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik
yang paling tajam berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles
Lindblom (1965 , 1964′ 1959)’ Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para
pembuat keputusan itu sebenarya tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang
konkrit dan terumuskan dengan jelas.
2.
Teori
Inkremental
Teori inkremental dalam
pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan yang
menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti daram teori
rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih
banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam
mengambil kepurusan sehari-hari.
Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang
diperlukan untuk mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait
daripada sebagai sesuatu hal yang saling terpisah.
Pembuat keputusan dianggap
hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung berhubungan dengan
pokok masalah dan altematif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara
inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada
sekarang.
Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang
mendasar saja yang akan dievaluasi.
Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan
secara terarur. Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkin untuk
mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana serta sarana dan tujuan
sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat ditanggulangi.
Bahwa tidak ada keputusan
atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji bagi keputusan yang
baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat
pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu adalah
yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Pembuatan keputusan yang
inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan hal ini
lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya konkrit
dalam mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk
menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan
datang.
Keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya
merupakan produk dari saling memberi dan menerima dan saling percaya di antara
pelbagai pihak yang terlibat dalam proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat
yang strukturnya majemuk paham lnkremental ini secara politis lebih aman karena
akan lebih gampang untuk mencapai kesepakatan apabila masalah-masalah yang
diperdebatkan oleh berbagai kelompok yang terlibat hanyalah bersifat upaya
untuk memodifikasi terhadap program-program yang sudah ada daripada jika hal
tersebut menyangkut isu-isu kebijaksanaan mengenai perubahan-perubahan yang
radikal yang memiliki sifat ” ambil semua atau tidak sama sekali.
Karena para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba
tidak pasti khususnya yang menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan
mereka di masa datang, maka keputusan yang bersifat inkremental ini akan dapat
mengurangi resiko dan biaya yang ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian itu
Paham inkremental ini juga cukup rcalistis karena ia menyadari bahwa para
pembuat keputusan sebenamya kurang waktu, kurang pengalaman dan kurang
sumber-sumber lain yang diperlukan untuk melakukan analisis yang komprehensif
terhadap semua altematif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada
3.
Teori
Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)
Penganjur teori ini
adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap
kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional
komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang
terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh
pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih mewakili atau
mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang kuat dan mapan
serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat,
sementara itu kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan
yang secara politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingannya praktis akan
terabaikan.
Lebih lanjut dengan memusatkan perhatiannya pada kepentingan/tujuan
jangka pendek dan hanya berusaha untuk memperhatikan variasi yang terbatas
dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada sekarang, maka model inkremental
cenderung mengabaikan peluang bagi perlunya pembaruan sosial (social inovation)
yang mendasar.
Oleh karena itu, menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental
dalam pembuatan keputusan cenderung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya
status quo, sehingga merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan keputusan
itu sendiri. Bagi sarjana seperti Dror– yang pada dasamya merupakan salah
seorang penganjur teori rasional yang terkemuka — model inkremental ini justru
dianggapnya merupakan strategi yang tidak cocok untuk diterapkan di
negara-negara sedang berkembang, sebab di negara-negara ini perubahan yang
kecil-kecilan (inkremental) tidaklah memadai guna tercapainya hasil berupa
perbaikan-perbaikan besar-besaran.
Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan
para pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa
semakin besar kemampuan para pembuat keputusan untuk memobilisasikan
kekuasaannya guna mengimplementasikan keputusan-keputusan mereka, semakin besar
keperluannya untuk melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning itu,
semakin efektif pengambilan keputusan ‘tersebul Dengan demikian, moder
pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang
menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan moder inkremental
dalam proses pengambilan keputusan.
C.
Kriteria pengambilan Keputusan
Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi
pedoman perilaku para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4
(empat) kategori, yaitu:
1. Nilai-nilai Politik
Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif
kebijaksanaan yang dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu
bagi partai politiknya atau bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau
organisasi yang dipimpinnya. Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para
pembuat keputusan seperti ini bukan mustahil dibuat demi keuntungan politik’
dan kebijaksanaan dengan demikian akan dilihat sebagai instrumen untuk
memperluas pengaruh-pengaruh politik atau untuk mencapai tujuan dan kepentingan
dari partai politik atau tujuan dari kelompok kepentingan yang bersangkutan.
2. Nilai-nilai
organisasi
Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer),
mungkin dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di
mana ia terlibat di dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan
berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para
anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah
digariskan oleh organisasi. Sepanjang nilai-nilai semacam itu ada, orang-orang
yang bertindak selaku pengambil keputusan dalam organisasi itu kemungkinan akan
dipedomani oleh pertimbangan-pertimbangan semacam itu sebagai perwujudan dari
hasrat untuk melihat organisasinya tetap lestari, unuk tetap maju atau untuk
memperlancar program-program dan kegiatan-kegiatannya atau atau untuk
mempertahankan kekuasaan dan hak-hak istimewa yang selama ini dinikmati.
3. Nilai-nitai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan
fisik atau kebutuhan finansial’ reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan
juga digunakan- oleh para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan
keputusan.
Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat kepurusan
tertentu yang menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah
pemberian perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu,
jelas mempunyai kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden yang
mengatakan di depan para wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang
bertindak inkonstirusional, jelas juga dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan pribadinya’misalnya agar ia mendapat tempat terhormat
dalam sejarah bangsa sebagai seseorang yang konsisten dan nasionalis.
4. Nilai-nilai
Kebijaksanaan
Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni
janganlah kita mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan
bahwa para pengambil keputusan politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi
oleh pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi.
Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi
mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan
negara apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar. Seorang wakil rakyat
yang mempejuangkan undang-undang hak kebebasan sipil mungkin akan bertindak
sejalan dengan itu karena ia yakin bahwa tindakan itulah yang secara moral
benar, dan bahwa persamaan hak-hak sipil itu memang merupakan tujuan
kebijaksanaan negara yang diinginkan, tanpa mempedulikan bahwa perjuangan itu
mungkin akan menyebabkannya mengalami resiko-resiko politik yang fatal.
5. Nilai-nilai Ideologis
Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan
keyakinan yang secara logis saling berkaitan yang mencerminkan gambaran
sederhana mengenai dunia serta berfungsi sebagai pedoman benindak bagi
masyarakat yang meyakininya. Di berbagai negara sedang berkembang di kawasan
Asia, Afrika dan Timur Tengah nasionalisme yang mencerminkan hasrat dari
orang-orang atau bangsa yang bersangkutan untuk merdeka dan menentukan nasibnya
sendiri — telah memberikan peran penting dalam mewamai kebijaksanaan luar
negeri maupun dalam negeri mereka. Pada masa gerakan nasional menuju
kemerdekaan, nasionalisme telah berfungsi sebagai minyak bakar yang mengobarkan
semangat perjuangan bangsa-bangsa di negara-negara sedang berkembang melawan
kekuatan kolonial.
D.
Fungsi Dan Tujuan Pengambilan Keputusan
1.
Fungsi
Pengambilan Keputusan
Individual atau kelompok baik secara institusional ataupun
organisasional, sifatnya futuristik.
2.
Tujuan
Pengambilan Keputusan
Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak
berkaitan dengan masalah lain)
Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat
bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif)
E.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Komposisi kelompok. Ada
4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat
dibagi
komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi
paling mendominasi dalam kelompok.
ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini,
konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
Kesamaan anggota kelompok Keputusan kelompok akan cepat dan mudah
dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain.
Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan
yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu
disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas
rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang
jauh dari pendapat orang tersebut.
F.
Model Pengambilan Keputusan
Model Pengambilan
Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off tunggal).
Model ini disebut juga Model Kepastian/ Deterministik.
Model Pengambilan Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk).
Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah
kemungkinan hasil dan masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya dapat
diperhitungakan atau dapat diketahui. Model Keputusan dengan Risiko ini disebut
juga Model Stokastik.
Model Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty).
Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah
kemungkinan hasil dan masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya tidak
dapat diketahui/ditentukan. Model Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah
situasi yang paling sulit untuk pengambilan keputusan. (Kondisi yang penuh
ketidakpastian ini relevan dengan apa yang dipelajari dalam Game Theory)
G.
Langkah-langkah/Proses Pengambilan
Keputusan
Secara umum,
langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Proses identifikasi atau perumusan persoalan keputusan.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Penggunaan seven
tools dalam manajemen biasanya dapat membantu proses identifikasi ini.
Penetapan parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah
persoalan keputusan. Biasanya pemecahan masalah yang menggunakan model
matematika sangat memerlukan adanya variabel yang terukur.
Penetapan alternatif-alternatif pemecahan persoalan. Alternatif
pemecahan masalah didapatkan dari analisis pemecahaan masalah.
Penetapan kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan
alternatif yang terbaik. Biasanya kriteria pemilihan ini didasarkan pada pay
off atau hasil dari keputusan.
Pelaksanaan keputusan dan evaluasi hasilnya. Tahap ini disebut
tahap implementasi, dimana alternatif solusi yang terpilih akan diterapkan
dalam jangka waktu tertentu dan setelah itu akan dievaluasi hasilnya
berdasarkan peningkatan atau penurunan pay off atau hasil.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. MANAJEMEN STRATEGIS
Organisasi perusahaan
sekarang dan di masa depan menghadapi lingkungan yang dinamis, yang mengalami
perubahan dengan pesat, sehingga memerlukan pertimbangan terbaik di dalam
membawa organisasi menuju masa depan. Pertimbangan terbaik hanya dapat
dilakukan jika manajemen strategik dilaksanakan.
Dengan semakin kompleksnya
operasi perusahaan dan semakin kompleks serta turbulenya lingkungan bisnis yang
dihadapi perusahaan, manajemen puncak tidak lagi mampu memikul sendiri tanggung
jawab atas jalanya perusahaan.
Manajemen strategik perlu
mengikutsertakan manajemen bawah dan karryawan untuk merumuskan dan
mengimplementasikan hasilnya.
Manajemen strategik tidak
hanya menggunakan perumusan strategi untuk menghasilkan keluaran berupa hasil
analisis lingkungan makro dan lingkungan industri, misi, visi, keyakinan dasar,
nilai dasar, tujuan dan strategi.
B.
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
1.
Definisi
Pembuatan Kebijaksanaan Negara sebagai keseluruhan proses yang menyangkut
pengartikulasian dan pendefinisiaan masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan
pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran
tuntutan-tuntutan tersebut ke dalam sistem politik, pengupayaan pemberian
sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan
implementasi, monitoring dan peninjauan kembali (umpan balik).
2.
Terdapadat
beberapa teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering dibicarakan
dalam pelbagai kepustakaan kebijakan negara diantaranya ; Teori Rasional
Komprehensif, Teori Inkremental, Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning
Theory).
3.
Menurut
konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para
pembuat keputusan
DAFTAR
PUSTAKA
Ardana, Komang,
dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Robbins.
Stepen P. 2003. Manajemen. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarat : PT Indeks
Amirullah &
Haris Budiyono. 2004. Pengantar Manajemen.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Koontz, Harold. 1993. Manajemen. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KARDI